PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP KESEHATAN DAN PERILAKU SEHAT
OLEH
:
PUTU DELLY DAMAYANTI
(C1113051)
1B KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA USADA BALI
TAHUN AJARAN 2013
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena atas kemurahan-Nya paper ini dapat saya selesaikan
sesuai dengan yang diharapkan. Dalam
makalah ini saya membahas tentang “Jenis
Kelamin Berpengaruh Terhadap Kesehatan dan Perilaku Sehat”, suatu permasalahan
yang harus kita perhatikan sebagai orang yang memiliki profesi di bidang
kesehatan.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar
......................................................... 1
Daftar Isi ............................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
Daftar Isi ............................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang
.............................................................. 3
- Rumusan
Masalah
.............................................................. 3
- Tujuan Masalah .............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Penelitian................................................................................. 4
2.2 Pengaruh Jenis
Kelamin............................................................ 4
2.3 Pengaruh jenis Kelamin Terhadap
Pilihan Makanan................... 5
2.4 Pengaruh Jenis Kelamin Pada
Kesehatan Mental........................ 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................... 9
3.2
Saran..........................................................................................9
Daftar Pustaka..............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya
standar hidup seseorang. Khususnya dalam Jenis kelamin. Oleh karena itu, status
kesehatan yang relatif baik dibutuhkan
oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Setiap individu akan
berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan meninvestasikan dan atau
mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan. Maka untuk mencapai kondisi
kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana yang baik pula.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengaruh makanan terhadap kesehatan jenis kelamin ?
2.
Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap kesehatan mental ?
1.3 Tujuan
·
Untuk mengetahui
pengaruh jenis kelamin terhadap kesehatan dan perilaku sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penelitian
Fakta sebuah riset yang dilakukan para dokter di Amerika, menyebutkan
bahwa ras dan jenis kelamin ternyata bisa mempengaruhi kesehatan mental
seseorang. Depresi, pada umumnya merupakan permasalahan kesehatan mental yang
sering terjadi.
"Berdasarkan hasil riset, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara ras/etnis dan jenis kelamin dengan masalah kesehatan mental yang dialami pasien," kata Steven J. Borowsky, MD, MPH, dari Center for Chronic Disease Outcomes Research di Minneapolis, Amerika.
"Berdasarkan hasil riset, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara ras/etnis dan jenis kelamin dengan masalah kesehatan mental yang dialami pasien," kata Steven J. Borowsky, MD, MPH, dari Center for Chronic Disease Outcomes Research di Minneapolis, Amerika.
2.2 Pengaruh Jenis Kelamin
Jenis kelamin anak bisa dipengaruhi oleh foreplay
sebelum melakukan hubungan seks yang mungkin belum Anda ketahui. Salah satu
cara yang bisa Anda lakukan untuk “mengatur” jenis kelamin calon anak Anda adalah
dengan melakukan atau tidak foreplay sebelum melakukan hubungan seksual.
Saat melakukan foreplay, tubuh akan dalam keadaan
terangsang sehingga dari akan timbul cairan pelumas dari vagina yanga
menyebabkan vagina menjadi semakin “basah”. Hal ini akan sangat membantu Anda
yang ingin mendapatkan anak laki-laki.
Sebelum mengetahui cara untuk mendapatkan anak
perempuan atau laki-laki, ada baiknya jika Anda mengetahui dulu kromosom
manusia. Setiap orang pada dasarnya memiliki 23 pasang kromosom, 22 pasang adalah
kromosom tubuh sedangkan yang sepasang adalah kromosom penentu jenis kelamin.
Seseorang yang memiliki kromosom seks XX adalah seorang wanita sedangkan
seseorang yang memiliki kromosom seks XY adalah seorang pria.
Pada dasarnya, penentu terbesar kelamin seorang
anak adalah ayahnya karena ovarium yang terdapat pada seorang wanita akan
mengeluarkan sel telur dan sel telur ini memiliki kromosom X. Sedangkan sel
sperma seorang pria memiliki dua macam kromosom yaitu X dan Y.
Jika
sel sperma yang memiliki kromosom X yang melakukan pembuahan terhadap sel
telur, maka calon bayi dari pasangan tersebut akan memiliki jenis kelamin
wanita sedangkan jika sel sperma yang memiliki kromosom Y yang melakukan
pembuahan terhadap sel telur, makan calon bayo dari pasangan tersebut akan
memiliki jenis kelamin pria.
Karakteristik dari sperma Y, yang merupakan
penentu dari anak laki-laki, adalah mampu berenang dengan lebih cepat namun
tidak tahan dengan keadaan yang asam. Sedangkan karakteristik dari sperma X,
yang merupakan penentu dari anak perempuan, adalah tidak bisa berenang dengan
cepat namun lebih memiliki ketahanan terhadap keadaan yang asam. Jika Anda
ingin menentukan jenis kelamin calon buah hati Anda, Anda bisa menggunakan cara
ini.
Jika
Anda menginginkan anak laki-laki, lakukanlah foreplay sebelum melakukan
penetrasi karena foreplay akan membuat suasana vagina Anda basa sehingga sperma
Y bisa mencapai sel telur sedangkan jika Anda menginginkan anak perempuan,
jangan melakukan foreplay sebelum penetrasi karena hal tersebut akan membuat
suasana vagina Anda tetap asam sehingga sperma X bisa mencapai sel telur.
2.3 Pengaruh Jenis Kelamin
Terhadap Pilihan Makanan
Kebanyakan
pria menyukai makanan
berasa gurih seperti daging. Sedangkan kaum wanita tak jauh-jauh dari cokelat
dan kue-kue manis.
Pengaruh
jenis kelamin terhadap pilihan makanan sudah sejak lama menjadi pertanyaan para
ilmuwan dan ahli gizi
Pria
dan wanita memang terprogram menyukai jenis
makanan berbeda . Mengapa
beberapa ??. Karena makanan
cenderung maskulin (steak, burger, keripik), dan makanan feminin (yogurt,
salad, kue-kue manis). Menurut
Kim Terakes, penulis buku The Great Aussie Bloke's Cookbook, banyak pria merasa
belum makan jika mereka belum menyantap protein dalam porsi besar. Sementara
wanita sudah merasa cukup dengan sedikit karbohidrat atau salad di waktu makan.
Selain itu, kebanyakan orang menganggap pria memang makan lebih banyak daripada wanita karena fisik mereka juga lebih besar.
Selain itu, kebanyakan orang menganggap pria memang makan lebih banyak daripada wanita karena fisik mereka juga lebih besar.
Para ahli nutrisi menyarankan asupan
kalori lebih besar bagi pria. Namun jumlah energi harian yang harus kita penuhi
dari makanan sebenarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari usia,
tinggi badan, serta tingkat aktivitas.
Pilihan makanan seseorang banyak dipengaruhi oleh norma budaya, kebiasaan, serta faktor genetik. Mungkin faktor jenis kelamin juga berpengaruh besar.
"Jika dilihat dari indera pengecap, pria memang tak terlalu sensitif pada rasa pahit. Itu sebabnya mengapa mereka lebih menikmati bir dan makanan gurih. Sebaliknya dengan wanita yang lebih sensitif pada rasa pahit sehingga lebih suka sesuatu yang manis," kata Natoli.
Menurut Lauren William dari University of Newcatle School of Health Science, mengatakan sosialisasi adalah faktor utama yang menentukan apa yang kita sukai untuk makan.
"Budaya sosial telah menghasilkan kebiasaan makan bersama. Anak-anak melihat ayah mereka makan dalam porsi besar dan ibu lebih sering makan dalam porsi kecil," kata William.
Selain itu di banyak budaya, makan daging sering dikatikan dengan kekuatan dan maskulinitas.
"Pria meremehkan buah dan sayuran dan menganggap wanita mengasup makanan sehat itu karena ingin langsing. Pria lebih memilih daging karena ingin membangun otot," katanya.
Sebaliknya pada wanita makan adalah sesuatu yang rumit, dan rasa bersalah ikut berpengaruh.
"Wanita sering mempertanyakan makanan yang mereka pilih, sehingga mereka kerap merasa bersalah jika makan sesuatu yang berkalori tinggi. Sedangkan pria tak terlalu memikirkan konsekuensi dari apa yang mereka makan," kata Tracey Veivers, psikolog bidang sport.
Wanita selalu banyak berpikir tentang apa yang tersaji di piring mereka. Hal itu karena wanita dihujani banyak pesan tentang bagaimana seharusnya penampilan mereka dan cara untuk mendapatkannya.
"Dengan pesan dan tuntutan seperti itu, mustahil rasanya jika wanita tak memperhatikan informasi nutrisi dari makanan yang diasupnya," .
Pilihan makanan seseorang banyak dipengaruhi oleh norma budaya, kebiasaan, serta faktor genetik. Mungkin faktor jenis kelamin juga berpengaruh besar.
"Jika dilihat dari indera pengecap, pria memang tak terlalu sensitif pada rasa pahit. Itu sebabnya mengapa mereka lebih menikmati bir dan makanan gurih. Sebaliknya dengan wanita yang lebih sensitif pada rasa pahit sehingga lebih suka sesuatu yang manis," kata Natoli.
Menurut Lauren William dari University of Newcatle School of Health Science, mengatakan sosialisasi adalah faktor utama yang menentukan apa yang kita sukai untuk makan.
"Budaya sosial telah menghasilkan kebiasaan makan bersama. Anak-anak melihat ayah mereka makan dalam porsi besar dan ibu lebih sering makan dalam porsi kecil," kata William.
Selain itu di banyak budaya, makan daging sering dikatikan dengan kekuatan dan maskulinitas.
"Pria meremehkan buah dan sayuran dan menganggap wanita mengasup makanan sehat itu karena ingin langsing. Pria lebih memilih daging karena ingin membangun otot," katanya.
Sebaliknya pada wanita makan adalah sesuatu yang rumit, dan rasa bersalah ikut berpengaruh.
"Wanita sering mempertanyakan makanan yang mereka pilih, sehingga mereka kerap merasa bersalah jika makan sesuatu yang berkalori tinggi. Sedangkan pria tak terlalu memikirkan konsekuensi dari apa yang mereka makan," kata Tracey Veivers, psikolog bidang sport.
Wanita selalu banyak berpikir tentang apa yang tersaji di piring mereka. Hal itu karena wanita dihujani banyak pesan tentang bagaimana seharusnya penampilan mereka dan cara untuk mendapatkannya.
"Dengan pesan dan tuntutan seperti itu, mustahil rasanya jika wanita tak memperhatikan informasi nutrisi dari makanan yang diasupnya," .
2.4 Pengaruh Jenis Kelamin Pada Kesehatan Mental
Schizoprenia adalah gangguan mental yang berbeda
manifestasinya pada setiap jenis kelamin, terkait dengan pengaruh umur
kejadian, gejala, respon pengobatan, dan abnormalitas struktur otak.
Studi terbaru dari Universitas Montreal menunjukkan,
bahwa ada perbedaan gender antara pria dan perempuan terkait dengan kemampuan
mental masing-masing. Dalam riset ini, dibuktikan bahwa perempuan lebih baik
daripada pria. Penemuan ini telah dipublikasi pada jurnal Schizoprenia
Research.‘ Kami adalah yang pertama dalam melaporkan pengaruh perbedaan jenis kelamin pada fungsi otak pasien schizoprenia,’ demikian kata Adrianna Mendrek, Profesor Kedokteran dari Universitas Montreal. ‘Kami memilih untuk melakukan kajian yang melibatkan rotasi mental dari gambar tiga dimensi, sebab pria dan perempuan menunjukkan perbedaan waktu reaksi dan akurasi’, lanjut Mendrek.
Hasil yang berbeda antara kontrol versus pasien
Mendrek dan koleganya membandingkan fungsi otak dari sukarelawan/wati sehat dengan pasien schizoprenia yang menyelesaikan tugas rotasi gambar dengan magnetic resonance imaging (fMRI). Penemuan mereka mengkonfirmasikan, bahwa pria sehat memiliki hasil lebih baik dibanding perempuan sehat pada tugas ini, namun perempuan schizoprenia memiliki hasil lebih baik dibandingkan dengan pria schizoprenia.
‘ Hormon seks seperti testosterone dan estrogen dapat menjelaskan mengapa hasilnya berbeda,’kata Mendrek. ‘Penemuan dari kajian yang lain telah menunjukkan bahwa kadar testosteron memiliki korelasi positif dengan aktivitas di pria sehat, namun tidak pada perempuan sehat. Kebalikannya, perempuan schizoprenia memiliki kadar hormon testosteron yang lebih tinggi’.
Hasil mengejutkan: Perbedaan gender pada otak ‘beristirahat’
Menurut Mendrek, Fase istirahat otak dari pria dan perempuan sehat tidaklah sama. Area dari otak yang aktif ketika beristirahat ( Mode Jaringan Default ) lebih aktif pada perempuan dibandingkan pria. ‘Kami adalah kelompok pertama yang melaporkan perbedaan seks pada jaringan ini dengan menggunakan fMRI,’ kata Mendrek. ‘ Otak perempuan fase istirahat yang lebih aktif dapat mejelaskan mengapa mereka dapat melakukan multi tugas dan lebih introspektif dibandingkan pria’.
Kajian sebelumnya telah menunjukkan, bahwa jaringan default akan terganggu pada orang yang mengalami depresi, Alzheimer, atau Schizoprenia. Berkurangnya aktivitas Mode Jaringan default telah diasosiasikan dengan autisme, dan aktivitas mode yang berlebihan diasosiasikan dengan Schizoprenia, terutama dengan gejala Schizoprenia positif seperti halusinasi dan delusi.
Kajian ini didanai oleh Institut Riset Kesehatan Kanada, Institut Kesehatan dan Gender dan Hibah Penelitian Quebec, dan Rumah Sakit Yayasan Louis-H Lafontaine.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bahwa ras dan jenis kelamin
ternyata bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Selain itu,
Pengaruh jenis kelamin terhadap pilihan makanan juga
sangat berpangaruh karena kebanyakan pria menyukai makanan
berasa gurih seperti daging. Sedangkan kaum wanita tak jauh-jauh dari cokelat
dan kue-kue manis.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca bisa
memahami pengaruh jenis kelamin terhadap kesehatan
dan perilaku sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar